Inilah Kelas Teri Yang Membobol 44 Negara, Hacker Surabaya!!!

Inilah Kelas Teri Yang Membobol 44 Negara, Hacker Surabaya!!!



Seputaranberitaterbaru - Tiga Hacker Surabaya di ciduk oleh polisi. Mereka diduga meretas ribuan situs web dan Sistem Teknologi Informasi di 44 Negara.

Ketiga tersangka berstatus mahasiswa di sebuah kampus surabaya. Usia mereka masih berumur 21 Tahun, dan mereka sama - sama tergabung dalam Komunitas Surabaya Black Hat (SBH).

Kasubdit Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Roberto Pasaribu mengatakan, para tersangka berinisial NA, KPS, ATP, bersama dengan komplotannya yang bertotal berjumlah enam orang, diduga meretas sekitar 3.000 Sistem Teknologi Informasi dan situs web selama tahun 2017.

Salah satu korbannya adalah sistem elektronik pemerintah di Los Angeles Amerika Serikat. Itu mengapa, Biro Investigasi Federal Amerika Serikat alias FBI ikut andil dalam penangkapan mereka.

Polisi mengungkap kasus tersebut setelah setelah menerima informasi dari Lembaga bentukan FBI, IC3 (Internet Crime Complaint Center) di New York, Amerika Serikat. Isinya : bahwa terdata puluhan sistem di berbagai negara rusak.

Setelah di telusuri, ternyata pelakunya menggunakan IP Address yang berada di Indonesia, tepatnya Surabaya.

"Informasinya diberikan kepada kami pada Januari 2018 kemarin. Kemudian, kami analisis kurang lebih dua bulan, kami temukan lokasinya di Surabaya dan para tersangka utamanya," kata dia kepada Liputan6.com, Rabu (14/3/2018).

Para tersangka saat ini di tahan di tahanan Polda Metro Jaya, bukan di surabaya. Ternyata, ini ada alasannya.

"Kasus disidik berdasarkan lokus kejadian perkara karena empat perusahaan Nasional yang jadi korban berada di jakarta. Perusahan yang paling banyak terimabas itu di Jakarta," kata AKBP Roberto.

Dalam aksinya, umumnya Hacker Surabaya tersebut menyasar Database perusahaan yang memiliki banyak pelangan atau customer.



"Kebanyakan yang di retas bergerak di bidang bisnis, private businness. Untuk situs pemerintahan, yang terdeteksi baru satu, The City of Los Angeles, sistem elektronik, bukan situs yang di retas," papar Roberto. Motifnya diduga ekonomi.


AKBP Roberto menjelaskan, dari aksinya itu, para Hacker Surabaya mendapatkan keuntungan Rp 200 juta dalam setahun. Para pelaku biasanya meminta sejumlah uang dengan nominal bervariasi.

Berdasarkan penyelidikan, dari 3.000 sistem Teknologi Informasi dan situs web yang diretas, hanya sekitar setengahnya yang memberikan tebusan. "Mereka menggunakan rekening Bitcoin dan Paypal," ujar Roberto.

Ia menambahkan, pihaknya masih mengejar tersangka lainnya. "Kami dapat informasi, salah satu tersangka pada tahun 2017 diduga meretas situs pemerintah kota Jatim," kata Roberto.

"Karena mereka memasang halaman SBH. Ada kodenya jadi mengarah ke mereka."

Sementara itu, Kanit IV Subdit Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Kompol Fian Yunus menyatakan, pihaknya masih mendalami kemungkinan pelaku berintah atas perintah pihak ketiga.

"Dugaan sementara motifnya ekonomi. Soal ada yang suruh atau tidak, kita sedang dalami," ujan Fian latar belakang aksi para Hacker Surabaya.


Comments